Senin, 07 Mei 2012

Saat Hilang Nikmat Sehat

Saat Hilang Nikmat Sehat

eorang kerabat bergegas menghampiri tetangga untuk meminta diantar ke rumah sakit. Penyakit Darah tinggi dan jantung menyerang orang tua renta sesepuh kampung. Sayang pertolongan pengobatan tak segera didapat, walaupun usaha untuk mencari pertolongan telah dilakukan dengan berkeliling kota, mencari Rumah Sakit yang terjangkau. Semua rumah sakit kehabisan kamar untuk kelas III, yang tersisa hanyalah kelas 1 dan VIP, kerabat tersebut tak cukup bekal untuk dirawat di kelas tersebut. Untunglah orang tua itu masih dilindungi sang Kuasa , sehingga masih kuat untuk berkeliling dan pulang kembali ke RUMAH tanpa hasil , tanpa pertolongan. Masya allah.

Rumah sakit, rumah untuk yang sakit, saat ini untuk mendapatkan pertolongan di Rumah sakit membutuhkan bekal yang tidak sedikit, paling tidak Rp.10.000 – 50.000 untuk biaya pendaftaran, lalu uang jaminan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Saat pertama masuk, bukan pertanyaan kenapa dan sakit apa?.. namun siapa yang bayar bu??… wow. Pernah, seorang yang panik karena anak kecelakaan sehingga harus bergegas ke Rumah sakit, ketinggalan semua perlengkapan termasuk dompet. Bukan nya ditolong dulu, malah ditanya siapa yang jamin. Semoga ini cuma kasus yang tidak merata.
Harus diakui bahwa kami juga pernah menikmati nyamannya berobat di Puskesmas. Pelayanan yang baik, dokter yang ramah dan harga yang murah. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Saat itu putriku sakit kulit, gatal gatal dan aku sakit kuping, ada bisul yang cukup mengganggu. Biasanya kami ke Dokter di Rumah sakit swasta, Namun kondisi keuangan sedang menipis jadi kami mencoba ke Puskesmas. Ternyata, putriku suka berobat ke situ, dengan hanya membayar uang pendaftaran dan administrasi tidak lebih dari 10 ribu rupiah, kami sudah kembali sehat. Alhamdulillah. Sejak saat itu kami merekomendasikan untuk kembali berobat ke Puskesmas. Seandainya semua Puskesmas sudah tertata lebih baik, mungkin semakin banyak orang yang memilih puskesmas.
Puskesmas, Pusat kesehatan Masyarakat. Saat kunjungan dinas Wakil Presiden kemarin, Kamis 10 Maret 2010, Wapres Boediono mewanti wanti agar Puskesmas bukan seperti Warung Tegal yang menunggu pelanggan, tetapi kembali memfungsikan sebagai pusat kesehatan, untuk menjaga kesehatan, berperan lebih aktif memfasilitasi kesehatan masyarakat di lini terendah, tingkat kecamatan. Bila memang sudah tidak bisa ditangani puskesmas, baru dirujuk ke Rumah Sakit Daerah. Bila ini dijalankan, seperti seleksi pasien, hanya pasien yang gawat saja yang pasti di rujuk ke RS besar. Sayang saat ini Puskesmas masih disibukkan dengan pelayanan sesaat yang belum optimal, kecuali di beberapa tempat. Semoga menyebar ke daerah lain.
Rumah sakit, memang bukan panti sosial karena perlu didukung sumber daya manusia dan keuangan. Dokter, paramedis, perawat dan obat bukan barang murah terlebih gratisan. Semua ada harganya. Perawatan dan penyediaan fasilitas yang lengkap juga butuh dana yang cukup besar. Bila semua tidak diperhatikan dan dipenuhi maka bukan tidak mungkin rumah sakit memang jadi tempat berkumpul penyakit semata tidak dapat menjadi rumah untuk kembali sehat.
Peran negara untuk mengurusi masalah kesehatan dan Rumah sakit telah diwakili oleh Departemen Kesehatan, sesuai dengan visi dan misinya yang tercantum pada rencana strategis (Renstra 2005 -2009) website http://www.litbang.depkes.go.id/download/renstra/RenstraDepkes2005-2009.pdf.
Visi Departemen kesehatan yaitu Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup Sehat. Dengan Misi Membuat Masyarakat Sehat . Slogan mandiri menuntut peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan , yang meliputi pengabdian masyarakat (to serve), advokasi kesehatan ( to Odvocate) dan bentuk pengawasan sosial (to watch). Sumber pendanaan untuk berbagai program tersebut diusahakan pembiayaan sebesar 15% dari APBN dan APBD, diprioritaskan untuk pembangunan kesehatan, pencegahan dan promosi kesehatan dan Pemberian Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin,
Sedangkan pada APBN 2010, Departemen Kesehatan pengguna anggaran terbesar ke enam mendapatkan Rp 21,4 triliun. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit, peningkatan ketersediaan dan mutu obat dan tenaga kesehatan, serta peningkatan jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, dan pulau terluar. http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/01/05/brk,20100105-217279,id.html . Rencana strategis (Renstra 2010 -2014)menambahkan Visi departemen Kesehatan menjadi masyarakat yang Mandiri dan Berkeadilan. Dengan misi yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu http://www.scribd.com/doc/23919290/Summary-Visi-Misi-Renstra-Depkes-RI-2010-2014, :
Misi 1. meningkatkan Derajat Kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat
Misi 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan masyarakat yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan masyrakat
Misi 3. menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan
Misi 4. Menciptakan Tata kelola keperintahan yang baik.
Standar bahasa pemerintah, dengan Visi dan Misi yang begitu indah, kucuran dana yang begitu besar, tinggal penerapan di lapangan dan manfaat yang akan dirasa masyarakat. Harusnya tidak ada lagi masyarakat yang harus mengemis atau memelas di Media masa untuk mendapatkan perhatian mengenai masalah kesehatannya.
Satu masalah klise di masyarakat adalah saat harus mengeluarkan biaya untuk berobat karena nikmat Sehat berkurang berubah manjadi sakit, mereka baru sadar bahwa untuk sehat itu mahal, dan mereka tidak mampu membayar biaya perawatan , bilapun mampu, begitu banyak harta yang dihabiskan untuk pengobatan. Lebih baik menjaga kesehatan dibandingkan mengobati, dan untuk menyiasati mahalnya pengobatan, sebaiknya masyarakat diberikan edukasi untuk membeli produk asuransi kesehatan, yang bisa dicicil seharga pulsa telpon GSM. Atau dijadikan produk Bundling pulsa telepon dan asuransi kesehatan… Mungkinkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar